BBM
NAIK= BUKTI WAJAH BURUK PENERAPAN KAPITALISME
Negeri ini seolah mengalami goncangan
kebijakan baru yang dikeluarkan bulan april 2012 ini menuai respon yang sama
dari rakyat, yakni penolakan. Saat ini berbagai bentuk penolakan kenaikan BBM
dilakukan oleh masyarakat sebagai bentuk ketidak setujuan naiknya BBM, penolakan
itu di ekspresikan dalam berbagai bentuk baik demonstrasi, aksi, tulisan,
audiensi ke DPR/DPRD, dan berbagai instansi atau lembaga seminar,diskusi,
tabligh akbar, melalui survei berbagai obrolan termasuk di warung dan
bentuk-bentuk ekspresi lainnya,
Hasil survei yang dilakukan oleh lingkaran
survei Indonesia (LSI. 11/03/2012) menunjukkan bahwa 89,20% masyarakat desa
menolak kenaikan BBM, adapun masyarakat kota yang menolak kenaikan BBM sebesar
77,91%, rata-rata rakyat yang menolak kenaikan BBM adalah 86% hal ini berarti
sebagian masyarakat indonesia menolak BBM, namun mengapa pemerintah tetap
menutup telinga, mata dan hati untuk lebih memilih tetap menjalankan kabijakan
tersebut?
Dampak dari kenaikan BBM tentunya
akan sangat dirasakan oleh rakyat, terutama rakyat miskin, dengan BBM naik
biaya produksi akan bertambah, sebagai para pengusaha akan gulung tikar, karena
tidak mampu menekan biaya produksi yang melonjak. Di samping itu secara alami
kebutuhan pokok akan naik sehingga daya beli masyarakat akan menjadi turun,
nasib masyarakat miskin semakin tercekik karena tidak dapat memenuhi
kebutuhannya, bahkan angka kemiskinanpun akan bertambah, lantas dengan kebijakan kenaikan BBM ini
siapakah yang diuntungkan?
Alasan pemerintah mengeluarkan
kebijakan ini, salah satunya adalah untuk menghemat APBN, benarkah begitu?
Dengan alasan minyak dunia mengalami kenaikan maka pemerintah langsung bersikap
untuk menaikkan BBM, dengan tujuan penghematan APBN, padahal penerimaan migas
pemerintah sebenarnya cukup besar, dalam APBN 2012 tercantum pendapatan minyak
bumi Rp 113,68 triliun, pendapatan gas alam Rp 45.79 triliun, pendapatan minyak
mentah (DMO, domestic market obligation) Rp 10,72 triliun dan PPH migas Rp 60,9
triliun total pendapatan tersebut adalah Rp, 231,09 triliun, jika harga minyak
dunia naik, maka jumlah pemasukan dari migas itu juga naik.
Dalam RAPBN-P 2012 pemasukan dari
migas mencapai Rp, 270 triliun hal ini berarti ada kenaikan pemasukan migas
sekitar Rp 40 triliun, semua angka ini menurut pemerintah sendiri. Permasalahan
yang di besar-besarkan oleh pemerintah, kalau harga minyak naik, beban subsidi
akan terus naik, menurut asumsi pemerintah, jika harga BBM tidak dinaikkan maka
subsidi BBM akan meningkat dari Rp 123 triliun menjadi 170 triliun, maka ada
kenaikan sekitar Rp 46 triliun, kalau dihitung berdasarkan agka pemerintah itu
sendidri, ada pemasukan migas sebesar Rp 40 triliun hal ini berarti hanya kurang Rp 6 triliun, kekurangan ini bisa
tertutupi dari anggaran lain, misalnya anggaran kunjungan pemerintah (plesiran)
yang tidak efektif, sebenarnya tidak ada alasan lagi untuk pemerintah menaikkan
harga BBM, tapi apakah alasan yang digunakan adalah peghematan APBN?
Saat
kekacauan terjadi dimana-mana termasuk kekacauan pengelolaan migas, salah satunya
BBM dengan adanya aturan yang membolehkan pihak asing untuk turut ambil dalam
pemanfaatan BBM hal ini wajar terjadi karena adanya liberalisasi migas yang
berlandaskan kapitalisme, kapitalisme hanya berlandaskan pada materi, terus
menginginkan materi dengan cara apapun termasuk perampokan BBM secara halus
oleh pihak asing.
Saat
ini cengkraman asing semakin kuat. Sehingga kebijakan pemerintah terkait
kenaikan BBM tidak terlepas dari pengaruh asing, dengan naiknya BBM asing akan
bisa masuk menjajakan BBM kepada rakyat
untuk meraih ke untungan dan bersaing dengan SPBU milik negeri. Jadi
siapakah yang di untungkan dalam kenaikan BBM ini? Rakyat kah?
Mengapa
semua itu terjadi? Tentu kapitalisme bukanlah berasal dari zat yang maha tinggi
dan sempurna yaitu Allah, namun kapitalisme ini berdasarkan pemisahan agama
dari kehidupan (sekulerisme) yang berasal dari manusia, aturan ini tentunya
tidak bisa melakukan kemuslihatan apalagi mendapatkan keridhoan yang maha
kuasa, hal ini dikarenakan yang membuat aturan ini adalah manusia yang
mempunyai kelemahan dan keterbatasan sehingga aturannya pun tidak jauh beda
dari syarat manusia itu sendiri, yakni lemah dan terbatras.
Berbeda
dengan islam, islam mengatur pengelolaan SDA (termasuk migas) dalam islam diatur
tentang kepemilikan umum dan kepemilikan Negara. SDA termasuk kedalaman
kepemilikan umum yang hanya berhak dinikmati oleh khalayak ramai dan tidak
boleh di privatisasi, apalagi dipravitasi oleh pihak swasta asing, SDA
(termasuk migas) harus dikelola oleh Negara dan hasilnya di kembalikan lagi
seluruhnya kepada rakyat, apapun biaya yang dikeluarkan oleh rakyat, itu hanya
biaya oprasional saja, sehingga rakyat akan bisa menikmati SDA (termasuk migas)
dengan Cuma-Cuma bahkan gratis tampa harus mengeluarkan biaya yang melambung
tinggi seperti saat ini.
Kenaikan
kebutuhan pokok dan lain-lain sebagiannyapun bisa diminimalisasi bahkan bisa
tidak akan terjadi kenaikan kebutuhan pokok dan yang lainnya. Dengan kenaikan
yang tidak wajar dan rakyatpun tidak akan terbebani untuk memenuhi kebutuhannya
karena Negara sudah mengaturnya dengan baik, sehingga rakyatpun sejahtera,
namun kondisi seperti ini hanya bisa didapatkan
ketika islam diterapkan diseluruh
aspek dalam kehidupan. Dengan islam semua permasalahn termasuk BBM akan terselesaikan
dengan tepat dan benar. Jika kita mau terlepas dari semua permasalahan yang
ada. Hanya ada satu cara yaitu dengan menerapkan islam secara menyeluruh dalam
bingkai khilafah. Kepemimpinan umum kaum muslim seluruh dunia dimana diterapkan
syariat islam secara sempurna dan mengemban risalah islam keseluruh penjuru
dunia dengan dakwah dan jihad.
Penerapan
islam secara menyeluruh dalam kehidupan adalah bukti ketakwaan kita kepada Allah
dan konsekuensi keimanan kita sebagai muslim, jika masih tetap memilih aturan
lain yang bukan berasal dari Allah dan lebih memilih aturan buatan manusia maka
dipertanyakan keimananya kepada Allah, oleh karena itu kita selaku ummat muslim
harus senantiasa istiqomah untuk menerapkan islam dibawah naungan khilafah
dalam kehidpan, agar islam lebih memberikan arti bagi seluruh elemen-elemen
kehidupan khususnya di negri ini.
BAGUS
BalasHapus