Kamis, 06 Desember 2012

BBM dan Kapitalisme

BBM NAIK= BUKTI WAJAH BURUK PENERAPAN KAPITALISME

            Negeri ini seolah mengalami goncangan kebijakan baru yang dikeluarkan bulan april 2012 ini menuai respon yang sama dari rakyat, yakni penolakan. Saat ini berbagai bentuk penolakan kenaikan BBM dilakukan oleh masyarakat sebagai bentuk ketidak setujuan naiknya BBM, penolakan itu di ekspresikan dalam berbagai bentuk baik demonstrasi, aksi, tulisan, audiensi ke DPR/DPRD, dan berbagai instansi atau lembaga seminar,diskusi, tabligh akbar, melalui survei berbagai obrolan termasuk di warung dan bentuk-bentuk ekspresi lainnya,
             Hasil survei yang dilakukan oleh lingkaran survei Indonesia (LSI. 11/03/2012) menunjukkan bahwa 89,20% masyarakat desa menolak kenaikan BBM, adapun masyarakat kota yang menolak kenaikan BBM sebesar 77,91%, rata-rata rakyat yang menolak kenaikan BBM adalah 86% hal ini berarti sebagian masyarakat indonesia menolak BBM, namun mengapa pemerintah tetap menutup telinga, mata dan hati untuk lebih memilih tetap menjalankan kabijakan tersebut?
            Dampak dari kenaikan BBM tentunya akan sangat dirasakan oleh rakyat, terutama rakyat miskin, dengan BBM naik biaya produksi akan bertambah, sebagai para pengusaha akan gulung tikar, karena tidak mampu menekan biaya produksi yang melonjak. Di samping itu secara alami kebutuhan pokok akan naik sehingga daya beli masyarakat akan menjadi turun, nasib masyarakat miskin semakin tercekik karena tidak dapat memenuhi kebutuhannya, bahkan angka kemiskinanpun akan bertambah,  lantas dengan kebijakan kenaikan BBM ini siapakah yang diuntungkan?
            Alasan pemerintah mengeluarkan kebijakan ini, salah satunya adalah untuk menghemat APBN, benarkah begitu? Dengan alasan minyak dunia mengalami kenaikan maka pemerintah langsung bersikap untuk menaikkan BBM, dengan tujuan penghematan APBN, padahal penerimaan migas pemerintah sebenarnya cukup besar, dalam APBN 2012 tercantum pendapatan minyak bumi Rp 113,68 triliun, pendapatan gas alam Rp 45.79 triliun, pendapatan minyak mentah (DMO, domestic market obligation) Rp 10,72 triliun dan PPH migas Rp 60,9 triliun total pendapatan tersebut adalah Rp, 231,09 triliun, jika harga minyak dunia naik, maka jumlah pemasukan dari migas itu juga naik.
            Dalam RAPBN-P 2012 pemasukan dari migas mencapai Rp, 270 triliun hal ini berarti ada kenaikan pemasukan migas sekitar Rp 40 triliun, semua angka ini menurut pemerintah sendiri. Permasalahan yang di besar-besarkan oleh pemerintah, kalau harga minyak naik, beban subsidi akan terus naik, menurut asumsi pemerintah, jika harga BBM tidak dinaikkan maka subsidi BBM akan meningkat dari Rp 123 triliun menjadi 170 triliun, maka ada kenaikan sekitar Rp 46 triliun, kalau dihitung berdasarkan agka pemerintah itu sendidri, ada pemasukan migas sebesar Rp 40 triliun hal ini berarti hanya  kurang Rp 6 triliun, kekurangan ini bisa tertutupi dari anggaran lain, misalnya anggaran kunjungan pemerintah (plesiran) yang tidak efektif, sebenarnya tidak ada alasan lagi untuk pemerintah menaikkan harga BBM, tapi apakah alasan yang digunakan adalah peghematan APBN?
Saat kekacauan terjadi dimana-mana termasuk kekacauan pengelolaan migas, salah satunya BBM dengan adanya aturan yang membolehkan pihak asing untuk turut ambil dalam pemanfaatan BBM hal ini wajar terjadi karena adanya liberalisasi migas yang berlandaskan kapitalisme, kapitalisme hanya berlandaskan pada materi, terus menginginkan materi dengan cara apapun termasuk perampokan BBM secara halus oleh pihak asing.
Saat ini cengkraman asing semakin kuat. Sehingga kebijakan pemerintah terkait kenaikan BBM tidak terlepas dari pengaruh asing, dengan naiknya BBM asing akan bisa masuk menjajakan BBM kepada rakyat  untuk meraih ke untungan dan bersaing dengan SPBU milik negeri. Jadi siapakah yang di untungkan dalam kenaikan BBM ini? Rakyat kah?
Mengapa semua itu terjadi? Tentu kapitalisme bukanlah berasal dari zat yang maha tinggi dan sempurna yaitu Allah, namun kapitalisme ini berdasarkan pemisahan agama dari kehidupan (sekulerisme) yang berasal dari manusia, aturan ini tentunya tidak bisa melakukan kemuslihatan apalagi mendapatkan keridhoan yang maha kuasa, hal ini dikarenakan yang membuat aturan ini adalah manusia yang mempunyai kelemahan dan keterbatasan sehingga aturannya pun tidak jauh beda dari syarat manusia itu sendiri, yakni lemah dan terbatras.
Berbeda dengan islam, islam mengatur pengelolaan SDA (termasuk migas) dalam islam diatur tentang kepemilikan umum dan kepemilikan Negara. SDA termasuk kedalaman kepemilikan umum yang hanya berhak dinikmati oleh khalayak ramai dan tidak boleh di privatisasi, apalagi dipravitasi oleh pihak swasta asing, SDA (termasuk migas) harus dikelola oleh Negara dan hasilnya di kembalikan lagi seluruhnya kepada rakyat, apapun biaya yang dikeluarkan oleh rakyat, itu hanya biaya oprasional saja, sehingga rakyat akan bisa menikmati SDA (termasuk migas) dengan Cuma-Cuma bahkan gratis tampa harus mengeluarkan biaya yang melambung tinggi seperti saat ini.
Kenaikan kebutuhan pokok dan lain-lain sebagiannyapun bisa diminimalisasi bahkan bisa tidak akan terjadi kenaikan kebutuhan pokok dan yang lainnya. Dengan kenaikan yang tidak wajar dan rakyatpun tidak akan terbebani untuk memenuhi kebutuhannya karena Negara sudah mengaturnya dengan baik, sehingga rakyatpun sejahtera, namun kondisi seperti ini hanya bisa didapatkan  ketika islam  diterapkan diseluruh aspek dalam kehidupan. Dengan islam semua permasalahn termasuk BBM akan terselesaikan dengan tepat dan benar. Jika kita mau terlepas dari semua permasalahan yang ada. Hanya ada satu cara yaitu dengan menerapkan islam secara menyeluruh dalam bingkai khilafah. Kepemimpinan umum kaum muslim seluruh dunia dimana diterapkan syariat islam secara sempurna dan mengemban risalah islam keseluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad.
Penerapan islam secara menyeluruh dalam kehidupan adalah bukti ketakwaan kita kepada Allah dan konsekuensi keimanan kita sebagai muslim, jika masih tetap memilih aturan lain yang bukan berasal dari Allah dan lebih memilih aturan buatan manusia maka dipertanyakan keimananya kepada Allah, oleh karena itu kita selaku ummat muslim harus senantiasa istiqomah untuk menerapkan islam dibawah naungan khilafah dalam kehidpan, agar islam lebih memberikan arti bagi seluruh elemen-elemen kehidupan khususnya di negri ini.


1 komentar: