Kamis, 06 Desember 2012

Pondok pesantren klasik Vs Moderen



PONDOK PESATREN KLASIK
Vs
PONDOK PESANTREN MODEREN

                Aspek berbeda datang ketika arus globalisasi menjamur diruang lingkup pesantren, santri yang semula tidak ingin ketinggalan dengan adanya arus globalisasi, ternyata harus menanggung beban delima dengan adanya sebuah pernyataan, “globalisasi mengancam idiologi santri?” terdapat dua dampak dengan datangnya globalisasi ke pondok pesantren, salah satunya ialah, dengan datangnya globalisasi santri bisa menyaring beberapa kemungkinan yang akan terjadi pada dirinya, baik itu sesi positif, ataupun sesi negatif, arus global memang benar-benar memberikan pengaruh besar terhadap pondok pesantren, hal yang semula pondok pesantren lebih mengacu kepada ilmu agama atau yang biasa disebut ilmu salaf, tidak jarang kita temukan pondok pesantren klasik bermetamorfosis, kepada pondok pesantren moderen, ketika kabar telah merambah disetiap lini kehidupan, tentang tergesernya pendidikan agama dari pendidikan umum, maka kita harus benar-benar membuka mata, bahwa fenomena tersebut, hanya ada pada kelompok yang mementingkan satu sudut saja.
            Dalam sebuah seminar yang bertajub, “seminar nasional kuwalitas pendidikan untuk membangun kuwalitas pendidikan agama” salah satu pembicaranya yakni Drs, Engkaswara salah satu staf pengajar di ITB bandung mengaskan bahwa, “memang pendewasaan ini, pendidikan sudah menjadi object paling utama dalam kehidupan kita, tapi tidak jarang kita temukan pendidikan umum lebih dikedepankan dari pada pendidikan agama, jadi saya menghimbau kepada seluruh rakyat di negeri ini agar pendidikan agama tidak sampai dilupakan.
            Seiring dengan itu, tokoh cendikiawan muslim, Nur Kholis majid, menegaskan dalam laporan statistiknya, peminat pendidikan umum, lebih banyak dari peminat pendidikan agama, hal ini dapat memperkeruh negeri tercinta ini, boleh kita berkaca pada Iran, negeri ini memberikan prioritas terhadap rakyatnya, agar mengenyam pendidikan umum, tapi dengan catatan pendidikan agama tidak sampai dianak tirikan,
            Tidak hanya itu, beberap ahli syair memberikan gagasan tersendiri tekait hal ini,  “pendidikan agama bagaikan sebuah bunga mawar yang akan mekar, apabila enkau persiapkan dia berarti engkau telah mempersiapkan suatu bangsa dengan baik .” dalam kosep peradaban manusia kita dituntut untuk memperjuangkan sesuatu yang benar, dari beberapa gagasan yang telah disebutkan diatas kita di tuntut mempertahankan nilai agama dengan tujuan bisa lebih cerah dalam menghadapi berbagai persoalan masalah.
            Muhammad abdus sajad, salah satu tokoh yang dikenal sebagai pembaharu zaman kontenporer, memberikan rincian yang lain tentang datangya arus global di ruang lingkup pesntren, menurutnya datangnya arus global diruang lingkup pesantren, memberikan keuntungan besar bagi setiap elemen yang beralun-alun di pesantren khususnya santri, mengapa demikian? Karena dengan datangnya arus globalisasi, pada dunia pesantren, kita bisa dapat dua hal penting, yaitu kita bisa mengenyam pendidikan agama sekaligus yang terpenting kita tidak silau dengan datangnya arus globalisasi, karena kita sudah menguasai sebelumnya.
            Perlu digaris bawahi bahwa, datangnya arus globalisasi tidak menutup kemungkinan kepada kita untuk tetap eksis mengenyam pendidikan agama atau djuga sering disebut dengan salaf, lebih untung lagi, jika kita mengoprasikan keduanya, bisa menguasai ilmu agama atau ilmu salaf, sekaligus bisa menguasai dengan datangnya arus globalisasi, tapi disisi lain kita tidak sadar dengan ganasnya arus global, sehingga tidak sedikit dari kita salah dalam memanfaatkan arus tersebut, yang baik menjadi buruk, atau bahkan yang buruk bisa berubah menjadi baik.
            Saat pondok pesantren mengalami masalah yang berbelit-belit terkait dengan datangnya arus global, saat itu pula beberapa pendapat saling tarik menarik untuk ditetapkan sebuah kesimpulan ahkir, sungguh diluar dugaan ketika hasih survei mendiknas pada susunan kabinet indonesia bersatu dilakukan pada tanggal 20 mei 2008 dan hasilnya diluar dugaan pondok pesantren klasik lebih mendomenasi dari pada pondok pesantren berbasis modern. Tapi, coba kita pandang dari eksistensinya, pondok pesantren modern lebih mencuak dari pondok pesantren klasik, tidak cukup sampai disitu saja, sebuah pendapat juga dilontarkan oleh menteri pendidikan nasional jilid II, Muhammad nuh, menurutnya keberadaan pondok pesantren di jawa timur menduduki peringkat tertinggi daripada provensi-provensi lain yang ada di negeri ini, makanya tidak jarang keberadaan pondok pesantren moderen, dan pondok pesantren klasik bersaing untuk menepati kasta tertinggi di provensi jawatimur ini.
            Mentri agama, Surya Dharma Ali, juga terang-terangan melontarkan pendapatnya, beliau berasumsi bahwa, arus globalisasi yang semakin pesat, telah membuat pondok pesantren di jawa timur tergopoh-gopoh, diatas kemajuan zaman, sehingga tidak jarang pondok pesantren yang berbasis klasik, membelok menjadi pondok pesantren moderen, karena hal itu sangat sesuai dengan karakter pelajar sekarang yang sangat antusias menyambut pondok pesantren yang berbasis moderen, dari pendapat diatas, naluri kita secara otomatis melontarkan pertanyaan besar, “Apakah memang minat santri sekarang lebih mengacu kepada pondok pesantren moderen?” dari pertanyaan tersebut diri kita tersendot untuk untuk mencari sebuah jawaban yang efisien,.
            Semuanya kembali pada diri individu masing-masing, setiap anak berhak untuk menentukan pendidikannya sendiri, untuk mencerahkan masa depan masing-masing. Untuk santri sendiri, selain kegiatannya mengenyam ilmu, kita dituntut untuk benar-benar matang menghadapi arus globalisasi, agar kita tidak menjadi korban dari derasnya arus tersebut, satu yang menjadi pertimbangan di setiap kalangan, “lebih baik mana antara pondok pesantren moderen dan pondok pesantren klasik? Dari pertanyaan ini, hanya sepatah jawaban yang ingin penulis sampaikan, “semuanya sama-sama baik” mengapa demikian, ? dapat ditarik sebuah kesimpulan akhir bahwa, pondok pesantren moderen itu ialah sebagai sarana untuk mempersiapkan diri dengan datangnya arus yang tidak terduga, sedangkan pondok pesantren klasik ialah sebagai bekal untuk menuju kehidupan yang sakral yaitu, kehidupan akhirat yang abadi untuk selama-lamanya,.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar