PONDOK PESATREN KLASIK
Vs
PONDOK PESANTREN MODEREN
Aspek
berbeda datang ketika arus globalisasi menjamur diruang lingkup pesantren,
santri yang semula tidak ingin ketinggalan dengan adanya arus globalisasi, ternyata harus
menanggung beban delima dengan adanya sebuah pernyataan, “globalisasi mengancam
idiologi santri?” terdapat dua dampak dengan datangnya globalisasi ke pondok
pesantren, salah satunya ialah, dengan datangnya globalisasi santri bisa
menyaring beberapa kemungkinan yang akan terjadi pada dirinya, baik itu sesi
positif, ataupun sesi negatif, arus global memang benar-benar memberikan
pengaruh besar terhadap pondok pesantren, hal yang semula pondok pesantren
lebih mengacu kepada ilmu agama atau yang biasa disebut ilmu salaf, tidak
jarang kita temukan pondok pesantren
klasik bermetamorfosis, kepada pondok pesantren moderen,
ketika kabar telah merambah disetiap lini kehidupan, tentang tergesernya
pendidikan agama dari pendidikan umum, maka kita harus benar-benar membuka
mata, bahwa fenomena tersebut, hanya ada pada kelompok yang mementingkan satu
sudut saja.
Dalam sebuah seminar yang bertajub,
“seminar nasional kuwalitas pendidikan untuk membangun kuwalitas pendidikan
agama” salah satu pembicaranya yakni Drs, Engkaswara salah satu staf pengajar
di ITB bandung mengaskan bahwa, “memang pendewasaan ini, pendidikan sudah
menjadi object paling utama dalam kehidupan kita, tapi tidak jarang kita
temukan pendidikan umum lebih dikedepankan dari pada pendidikan agama, jadi
saya menghimbau kepada seluruh rakyat di negeri ini agar pendidikan agama tidak
sampai dilupakan.
Seiring dengan itu, tokoh
cendikiawan muslim, Nur Kholis
majid, menegaskan dalam laporan statistiknya, peminat pendidikan umum, lebih
banyak dari peminat
pendidikan agama, hal ini dapat memperkeruh negeri tercinta ini, boleh kita
berkaca pada Iran, negeri ini memberikan prioritas terhadap rakyatnya, agar
mengenyam pendidikan umum, tapi dengan catatan pendidikan agama tidak sampai
dianak tirikan,
Tidak hanya itu, beberap ahli syair
memberikan gagasan tersendiri tekait hal ini,
“pendidikan agama bagaikan sebuah bunga mawar yang akan mekar, apabila
enkau persiapkan dia berarti engkau telah mempersiapkan suatu bangsa dengan
baik .” dalam kosep peradaban manusia kita dituntut untuk memperjuangkan
sesuatu yang benar, dari beberapa gagasan yang telah disebutkan diatas kita di
tuntut mempertahankan nilai agama dengan tujuan bisa lebih cerah dalam
menghadapi berbagai persoalan masalah.
Muhammad abdus sajad, salah satu
tokoh yang dikenal sebagai pembaharu zaman kontenporer, memberikan rincian yang
lain tentang datangya arus global di ruang lingkup pesntren, menurutnya
datangnya arus global
diruang lingkup pesantren, memberikan keuntungan besar bagi setiap elemen yang
beralun-alun di pesantren khususnya santri, mengapa demikian? Karena dengan
datangnya arus globalisasi, pada dunia pesantren, kita bisa dapat dua hal
penting, yaitu kita bisa mengenyam pendidikan agama sekaligus yang terpenting
kita tidak silau dengan datangnya arus globalisasi, karena kita sudah menguasai
sebelumnya.
Perlu digaris bawahi bahwa,
datangnya arus globalisasi tidak menutup kemungkinan kepada kita untuk tetap
eksis mengenyam pendidikan agama atau djuga sering disebut dengan salaf, lebih
untung lagi, jika kita mengoprasikan keduanya, bisa menguasai ilmu agama atau
ilmu salaf, sekaligus bisa menguasai dengan datangnya arus globalisasi, tapi
disisi lain kita tidak sadar dengan ganasnya arus global, sehingga tidak
sedikit dari kita salah dalam memanfaatkan arus tersebut, yang baik menjadi
buruk, atau bahkan yang buruk bisa berubah menjadi baik.
Saat pondok pesantren mengalami
masalah yang berbelit-belit terkait dengan datangnya arus global, saat itu pula
beberapa pendapat saling tarik menarik untuk ditetapkan sebuah kesimpulan
ahkir, sungguh diluar dugaan ketika hasih survei mendiknas pada susunan kabinet
indonesia bersatu dilakukan pada tanggal 20 mei 2008 dan hasilnya diluar dugaan
pondok pesantren klasik lebih mendomenasi dari pada pondok pesantren berbasis
modern. Tapi, coba kita pandang dari eksistensinya, pondok
pesantren modern lebih mencuak dari pondok pesantren klasik, tidak cukup sampai
disitu saja, sebuah pendapat juga dilontarkan oleh menteri pendidikan nasional
jilid II, Muhammad nuh, menurutnya keberadaan pondok pesantren di jawa timur
menduduki peringkat tertinggi daripada provensi-provensi lain yang ada di
negeri ini, makanya tidak jarang keberadaan pondok pesantren
moderen, dan pondok pesantren klasik bersaing untuk menepati kasta tertinggi di
provensi jawatimur ini.
Mentri agama, Surya Dharma Ali, juga
terang-terangan melontarkan pendapatnya, beliau berasumsi bahwa, arus
globalisasi yang semakin pesat, telah membuat pondok pesantren di jawa timur
tergopoh-gopoh, diatas kemajuan zaman, sehingga tidak jarang pondok pesantren
yang berbasis klasik, membelok menjadi pondok pesantren moderen, karena hal itu
sangat sesuai dengan karakter pelajar sekarang yang sangat antusias menyambut
pondok pesantren yang berbasis moderen, dari pendapat diatas, naluri kita
secara otomatis melontarkan pertanyaan besar, “Apakah memang minat santri sekarang
lebih mengacu kepada pondok pesantren moderen?” dari pertanyaan tersebut diri
kita tersendot untuk untuk mencari sebuah jawaban yang efisien,.
Semuanya kembali pada diri individu
masing-masing, setiap anak berhak untuk menentukan pendidikannya sendiri, untuk
mencerahkan masa depan masing-masing. Untuk santri sendiri, selain kegiatannya
mengenyam ilmu, kita dituntut untuk benar-benar matang menghadapi arus
globalisasi, agar kita tidak menjadi korban dari derasnya arus tersebut, satu
yang menjadi pertimbangan di setiap kalangan, “lebih baik mana antara pondok
pesantren moderen dan pondok pesantren klasik? Dari pertanyaan ini, hanya
sepatah jawaban yang ingin penulis sampaikan, “semuanya sama-sama baik” mengapa
demikian, ? dapat ditarik sebuah kesimpulan akhir bahwa, pondok pesantren
moderen itu ialah sebagai sarana untuk mempersiapkan diri dengan datangnya arus
yang tidak terduga, sedangkan pondok pesantren klasik ialah sebagai bekal untuk
menuju kehidupan yang sakral yaitu, kehidupan akhirat yang abadi untuk
selama-lamanya,.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar