“TANAH KITA TANAH SURGA” KATANYA....!
Simulasi tentang negara indonesia yang subur dan makmur
dan kaya akan rempah-rempah atau kekayaan alam, semuannya sirna dalam sekejab,
ketika masalah tentang negeri ini kembali melanda rakyat jelata, seperti
masalah tentang pangan, budaya yang dirampas atau nahkan baru-baru ini tentang
wilayah perbatasan, semua itu selalu menjadi perbincangan disetiap elemen
kehidupan. Saat semuanya msih terfokuskan terhadap budaya nilai politik dalam
negeri, ada segelintir saudara kita yang masih membutuhkan yang lebih layak.
Mereka masih perlu uluran tangan kita khususnya perhatian dari pemerintah,
sehingga mereka tidak menjadikan negara tetangga kita sebagai tulang
punggungnya.
Sungguh
ironis, ketika melihat saudara kita hidup berdampingan dengan negara tetangga,
dan lebih memprihatinkan lagi ketika mereka tidak memperoleh jangkauan khusus
dari petinggi negara kita, apakah memang pemerintah ingin melihat warga negara
kita berganti kewarganegaraan ? sangat tidak masuk akal ketika saudara kita
yang hidup di kepulauan “sebatik” daerah yang langsung berdempean dengan dengan
negara tetangga kita yaitu malaysia, menjadikan negara tetangga sebagai alat
rekonstruksi khusus untuk membuat hidupnya lebih sejahtera.
Seakan
hati menangis, sesama warga negara kita harus mampu mempunyai sikap prihatin
kepada warga negara yang hidup disana, terlebih kepada mereka yang masih belum
tahu terhadap arti merdeka. Lagu kabangsaan dan bahkan bendera kebangsaan kita
mereka beluum tahu, lalu apa peran pemerintah menangani hal itu semua ? dana
4’5 M lebih untuk daerahy perbatasan, semuanya hilang entah kemana, lalu apakah
memang seperti ini yang disebut negara
demokrasi ?
Seiring
dengan berjalannya waktu, negara kita
yang termasuk negara berkembang seakan tidak bisa menoleh terhadap rakyat yang
jauh dari kota atau bisa disebut daerah pedalaman, warga negara yang tinggal
disana khususnya di wilayah perbatasan, seakan merasakan sedihnya anak tiri
sebagai warga negara NKRI.
Sudah 67 tahun kita merdeka, 6
pemimpin di negeri ini sudah kita lewati, lalu kenapa rakyat tidak sejahtera ?
malah sebaliknya rakyat semakin merana, diatas jalur politik yang semakin hari
semakin merajalela, pemerintah seharusnya mempunyai andil besar terhadap warga
negaranya, faktanya pemerintah malah semakin menjauh, dengan kata lain
pemerintah lepas tanggung jawab terhadap warga negara yang jauh atau sulit
dijangkuan. TANAH SYURGA yang dulunya digembo-gemborkan terhadap negeri ini,
ternyata hanya tinggal taplak semata, orang miskin semakin tidak bisa makan,
samudera biru meluap ke permukaan, hijaupun terbakar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar