Kamis, 06 Desember 2012

tanah kita tanah surga



“TANAH KITA TANAH SURGA” KATANYA....!

                Simulasi tentang negara indonesia yang subur dan makmur dan kaya akan rempah-rempah atau kekayaan alam, semuannya sirna dalam sekejab, ketika masalah tentang negeri ini kembali melanda rakyat jelata, seperti masalah tentang pangan, budaya yang dirampas atau nahkan baru-baru ini tentang wilayah perbatasan, semua itu selalu menjadi perbincangan disetiap elemen kehidupan. Saat semuanya msih terfokuskan terhadap budaya nilai politik dalam negeri, ada segelintir saudara kita yang masih membutuhkan yang lebih layak. Mereka masih perlu uluran tangan kita khususnya perhatian dari pemerintah, sehingga mereka tidak menjadikan negara tetangga kita sebagai tulang punggungnya.
            Sungguh ironis, ketika melihat saudara kita hidup berdampingan dengan negara tetangga, dan lebih memprihatinkan lagi ketika mereka tidak memperoleh jangkauan khusus dari petinggi negara kita, apakah memang pemerintah ingin melihat warga negara kita berganti kewarganegaraan ? sangat tidak masuk akal ketika saudara kita yang hidup di kepulauan “sebatik” daerah yang langsung berdempean dengan dengan negara tetangga kita yaitu malaysia, menjadikan negara tetangga sebagai alat rekonstruksi khusus untuk membuat hidupnya lebih sejahtera.
            Seakan hati menangis, sesama warga negara kita harus mampu mempunyai sikap prihatin kepada warga negara yang hidup disana, terlebih kepada mereka yang masih belum tahu terhadap arti merdeka. Lagu kabangsaan dan bahkan bendera kebangsaan kita mereka beluum tahu, lalu apa peran pemerintah menangani hal itu semua ? dana 4’5 M lebih untuk daerahy perbatasan, semuanya hilang entah kemana, lalu apakah memang  seperti ini yang disebut negara demokrasi ?
            Seiring dengan berjalannya waktu,  negara kita yang termasuk negara berkembang seakan tidak bisa menoleh terhadap rakyat yang jauh dari kota atau bisa disebut daerah pedalaman, warga negara yang tinggal disana khususnya di wilayah perbatasan, seakan merasakan sedihnya anak tiri sebagai warga negara NKRI.
            Sudah 67 tahun kita merdeka, 6 pemimpin di negeri ini sudah kita lewati, lalu kenapa rakyat tidak sejahtera ? malah sebaliknya rakyat semakin merana, diatas jalur politik yang semakin hari semakin merajalela, pemerintah seharusnya mempunyai andil besar terhadap warga negaranya, faktanya pemerintah malah semakin menjauh, dengan kata lain pemerintah lepas tanggung jawab terhadap warga negara yang jauh atau sulit dijangkuan. TANAH SYURGA yang dulunya digembo-gemborkan terhadap negeri ini, ternyata hanya tinggal taplak semata, orang miskin semakin tidak bisa makan, samudera biru meluap ke permukaan, hijaupun terbakar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar