Kamis, 06 Desember 2012

UN Tak harus temprament



HADAPI UN, TAK HARUS TEMPRAMENT
(Analisis Kritis Terhadap Siswa Kelas Akhir)

            ujian nasional (UN) dilaksanakan secara serentak diseluruh penjuru negeri ini, debar-debur jantungpun mulai dirasakan kencang oleh siswa kelas akhir yang akan melaksanakan ujian tersebut, sudah menjadi tadisi bagi anak pertiwi yang mana ujian nasional ini (UN) selalu menjadi momok menakutkan dari tahun ke tahun, memang kenyataan yang terjadi tentang ujian nasional (UN) telah membuat anak pertiwi ketar ketir itu semua benar, sebab reputasi mereka bersekolah selama tiga tahun di jenjang masing-masing akan ditentukan langsung dengan ujian nasional ini yang mata pelajarannya hanya terfokuskan pada empat mata pelajaran saja yaitu, bahasa Indonesia, bahasa inggris, matematika, ilmu pengetahuan alam (IPA), ada ulasan menarik terkait dengan datangnya UN ini, yakni cerdas tidak menjadi jaminan kelulusan UN, tapi hanya ada satu jaminan yaitu usaha, terkait dengan ulasan ini ada beberapa pendapat yang keluar untuk mencari ulasan yang lebih bertanggung jawab, pendapat yang keluar diantarnya dari figure filsafat pendidikan yaitu Moh razy El-Syarif  “pendapat seperti itu mungkin hanya berlaku untuk anak yang tinggal di pedalaman saja, tapi kalau misalkan anak-anak yang menetap di daerah besar tidak mungkin sekali berasumsi seperti itu, karena setelah kita analisis sejenak kemampuan anak pertiwi yang tinggal di pedalaman dan system pendidikannyapun mengalami ketertinggalan dari kurikulum yang telah tertera, mau dibandingkan dengan anak pertiwi yang tinggal di kota-kota besar yang sudah pendidikannya sesuai dengan pekembangan, itu semua tidak mungkin sekali”.
            Selain itu standar kelulusan yang semakin meningkat setiap tahunnya, selalu menjadi pedebatan di semua pihak hal tesebut menjadi salah satu masalah mengapa ujian nasional selalu menjadi arwah negative yang membelenggu dalam kehidupan, “maju terus pantang mundur” beginilah kata yang pantas kita sajikan bagi setiap guru yang tidak kenal lelah untuk mensukseskan anak didiknya, landasan lain terkait dengan datangnya ujian nasional ialah , rata-rata penyebab kehisterisan yang terjadi pada siswa yang tidak lulus ialal tidak terlatihnya mental mereka, terkait dengan mental sendiri, masalah tersebut sudah terantisispasi sebelumnya, tapi yang menjadi permasalahan mental para siswa yang tidak dapat di kordiner.
            Dalam catatan harian kompas 2008, meliput sebuah pernyataan tentang standar kelulusan yang semakin meningkat setiap tahunnya, disebabkan karena pemerintah ingin sekali menyamakan standar kelulusan di negeri ini dengan di America, dari liputan tersebut kita tidak bisa langsung rangkul tangan terkait hal ini, sebab pendidikan di negeri pamansyam itu di terapkan secara merata, tidak seperti di negeri ini, pendidikannya hanya tersebar di wilayah besar dan untuk wilayah pedalaman pendidikannya ketinggalan kurikulum yang ada, Out Oof Date.
            Dalam aspek lain, keberlangsungan ujian nasional yang akan dilaksanakan sebentar lagi sungguh telah membuat kita terdepak dari pendidikan klasik,  berbagai program terobosan seperti, Binsus (bimbingan khusus) Bimbel (bimbingan belajar) dan try Out-pun menjadi program yang dapat mengevaluasi di semua sisi, telah menjadi lumrah jika semua itu selalu mendod\minasi program-program dasar yang telah terjadwal, sebab mengingat pentingnya ujian tersebut sehingga program ekstra selalu menjadi tumbal dari datangnya tersebut.
            Saat ujian nasional selalu menjadi masalah setiap tahunnya, saat ityiu pula kita harus membuka mata, supaya pendidikan di tanah pertiwi ini lebih baik kedepannya, mari kita merangkul semua pihak dengan tujuan tidak membuat tegang di semua sisi, siswa lebih tegar menghadapinya dan yang terlibatpun ikut serta membangun jiwa sportif untuk Indonesia satu.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar