Selamat Datang di Blog Resmi Ach Fawaedi. Asmara, Karier, Keuangan dan karya terbaikku bisa kalian temukan disini. Semoga apa yang telah aku berikan disini bisa bermanfaat bagi kalian semua.
Senin, 07 Oktober 2013
Rabu, 25 September 2013
PARTAI POLITIK ISLAM, SOLUSI ATAU MASALAH ?
PARTAI POLITIK ISLAM, SOLUSI ATAU MASALAH ?
Oleh: Ach Fawaidi
(Untuk anda yang peduli Moral dan Masa depan
negeri ini)
Membincangkan tentang Islam di
Indonesia tidak akan habis dengan tulisan beberapa halaman saja. Islam di
Indonesia memang sangat komplek. Hal ini karena umat Islam di negeri ini adalah
umat yang mayoritas, sehingga tidak mungkin tidak melibatkan umat Islam dalam
setiap hal dan peristiwa yang terjadi di negeri ini. Tak terkecuali dalam
hal-hal yang terkait dengan permasalahan politik, atau hubungan antara umat
Islam dengan negara.
Sejak lama para pemimpin Islam di negeri ini berusaha menemukan jalan keluar dari persoalan yang membelit sebagian besar umatnya, yaitu kemiskinan dan keterbelakangan. Sesudah lama terkunkung oleh kebijaksanaan diskriminatif penjajah, kemerdekaan memang memberi peluang umat Islam untuk mengembangkan diri. Namun sampai lebih dari enam puluh delapan tahun sesudah proklamasi kemerdekaan, citra tentang kemisknan dan keterbelakangan itu masih juga belum terhapus. Sebagian besar umat Islam Indonesia jauh tertinggal dalam berbagai hal: pendidikan yang rendah, bidang pekerjaan yang secara materil kurang menguntungkan, skor kualitas hidup fisik yang rendah, dan status sosial ekonomi yang juga rendah.
Sejak lama para pemimpin Islam di negeri ini berusaha menemukan jalan keluar dari persoalan yang membelit sebagian besar umatnya, yaitu kemiskinan dan keterbelakangan. Sesudah lama terkunkung oleh kebijaksanaan diskriminatif penjajah, kemerdekaan memang memberi peluang umat Islam untuk mengembangkan diri. Namun sampai lebih dari enam puluh delapan tahun sesudah proklamasi kemerdekaan, citra tentang kemisknan dan keterbelakangan itu masih juga belum terhapus. Sebagian besar umat Islam Indonesia jauh tertinggal dalam berbagai hal: pendidikan yang rendah, bidang pekerjaan yang secara materil kurang menguntungkan, skor kualitas hidup fisik yang rendah, dan status sosial ekonomi yang juga rendah.
Pada Pemilu pertama tahun
1955, partai-partai politik berlandaskan Islam memperoleh suara yang
signifikan, namun tak cukup kuat bersaing dengan partai nasionalis dan
partai komunis (bila digabung). Perolehan suara yang signifikan namun tak cukup
kuat bersaing tersebut berlarut hingga Pemilu 2009 yang lalu. Penyebab utamanya
adalah bahwa partai-partai berlandaskan Islam tersebut tidak mempunyai figure
pemimpin yang bisa menyatukan visi keislaman, sebagaimana yang dimiliki oleh
Nelson Mandela dari Afrika Selatan yang bisa menyatukan visi kebangsaan,
sekaligus menghapus kesalahan masa lalu (rekonsiliasi murni).
Nahdlatul Ulama yang
tadinya di bawah satu payung dengan Masyumi, ternyata hanya karena tak berhasil
menggoalkan calon menteri agama yang berasal dari NU, hengkang meninggalkan
Masyumi, dan memilih mendirikan partai sendiri. Hal ini berlarut hingga saat
ini, apalagi setelah wafatnya KH
Abdurrahman Wahid yang telah membidani lahirnya Partai Kebangkitan Bangsa,
semenjak saat itu juga, partai islam sudah tidak mendapat tempat di hati
masyarakat indonesia. Masyarakat Indonesia
seakan tidak daapat membedakan antara Partai Politik yang berasaskan Nasionalis
dengan partai politik yang berasaskan Islam. Hal ini dikarenakan terjadi dugaan
kasus korupsi yang mendera salah satu Partai Politik Islam. Dan hal ini juga
bertepatan dengan banyaknya kasus korupsi yang mendera Partai Politik yang
berasaskan Nasionalis. Seperti saat ini PKS yang sedang dilanda badai korupsi
oleh mantan Presidennya, Lutfi Hasan Iskhaq. Sebenarnya kasus korupsi yang
mendera partai politik Islam belum terlalu parah seperti yang dialami oleh
partai politik yang berasaskan Nasionalis. Namun hal itu terasa begitu heboh di
telinga kita yang diakibatkan Media Massa yang secara bertubi-bertubi
memberikan “makanan” itu kepada kita sehingga terasa ter-blow up. Sehingga
dengan banyaknya kasus yang mencoreng partai politik Islam membuat sebagian
golongan masyarakat bertanya apakah partai politik Islam dapat memberi solusi
untuk menyelesaikan masalah di negara ini atau malah menjadi masalah yang
menggrogoti negara ini.
Turunnya elektabilitas Partai Islam menunjukkan umat Islam
di Indonesia sudah semakin cerdas dalam menentukkan pilihannya. Pasalnya,
mereka tidak lagi terjebak pada simbol-simbol keagamaan saja dalam menentukan pilihannya.
Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta Saleh Partaonan Daulay mengatakan beberapa survei menyatakan partai
Islam akan anjlok pada pemilu yang akan datang hal tersebut sah saja. Namun
demikian hal yang perlu dicatat, anjloknya partai-partai itu bukan karena
anjloknya suara Umat Islam.
Dengan demikian dapat kita lihat beberapa hal mengapa
partai islam relatif mendapat dukungan suara yang lemah dari mayoritas
masyarakat islam. Pertama, banyaknya partai islam mungkin menjadi salah
satu sebab perolehan suara yang rendah, karena dengan banyaknya partai Islam
akan membingungkan umat Islam dan juga suara masyarakat Islam akan
terpecah-pecah, lain halnya jika parati partai Islam ini bergabung menjadi satu
yang mewakili kalangan Islamis yang beragam dan menyatukan persepsi mereka
sehingga dapat menjadi partai Islam yang kuat dan dengan tujuan yang jelas
pula, sehingga suara pemilih Islam akan lebih banyak terserap dan memungkinkan
perolehan suara yang signifikan.
Kedua, kita ketahui masyarakat Indonesia
begitu majemuk dan dapat di katakan masyarakat kita sadar akan itu dan menerima
keberagaman tersebut sebagai sesuatu yang dapat diterima dalam kehidupan yang
berdampingan. Hal ini juga terjadi pada pola pemilih partai islam, pemilih
islam agaknya cendrung lebih menerima suatu partai yang menerima kemajemukan
atau keberagaman tersebut ketimbang parati yang berdasarkan asas atau ideologi
tertentu seperti Islam atau yang mengatasnamakan agama tertentu.
Ketiga, perolehan suara yang rendah ini di
sebabkan partai-partai Islam cendrung terpecah-pecah dalam kekuatan-kekuatan
kecil dan konflik-konflik internal di dalam partai itu sendiri. Sehingga disana
masyarakat melihatnya para elit-elit partai bukan memperjuangkan paltform atau
ideologi partai yang berasas Islam tersebut melainkan hanya memperjuangkan
kepentingan kelompok-kelopok kecil yang menginginkan kekuasaan semata. Masih
kental dalam ingatan kita konflik yang terjadi di dalam internal partai PKB terkait
kepengurusan partai serta konflik PPP dalam rapat pleno beberapa waktu lalu,
hal-hal tesebut tentu akan mempengaruhi pilihan masyarakat dalam pemilu.
Melihat penjelasan di atas, menjelang pemilu tahun
2014 ini tentu partai-partai Islam harus terus bebenah dan belajar dari
pengalaman-pengalaman agar dapat mendapat meraup suara yang signifikan dan
mempertahankan eksistensinya. Jika tidak tentu kegagalan-kegagalan pada
pemilu-pemilu sebelumnya akan terulang kembali. Partai-partai Islam ini perlu
mencari atau menyiapkan kader dan calon pemimpin yang benar-benar mempuni dan
kompeten, kemudian lebih mengedepankan kepentingan rakyat berdasarkan asas
Islam sesuai Ideologinya dan lebih mempunyai niat dan tanggung jawab yang lebih
dalam mewujugkan janji-janji dalam kampanye.
Santri
PP Darul Ihsan XI MA
Senin, 12 Agustus 2013
Minggu, 11 Agustus 2013
Senin, 29 Juli 2013
Jumat, 05 April 2013
MUSLIMAH PEJUANG SYARIAH DAN KHILAFAH
Sam Jackson, bos sebuah perusahaan di New
Castle, Inggris pernah mengatakan, ” Sekarang kita bisa saling melihat satu
dengan yang lain dalam keadaan telanjang, tidak ada penghalang lagi. Dengan
tradisi baru ini, kami menemukan bahwa kami menjadi lebih bebas dan terbuka
terhadap satu dan lainnya. Dampaknya terhadap perusahaan menjadi lebih baik.”
Menurutnya, ide, inovasi dan terobosan kreatif
amat penting dilakukan di masa-masa krisis ekonomi seperti sekarang ini. Bekerja
dalam keadaan telanjang diyakininya dapat memompa semangat dan meningkatkan
produktivitas kerja. Mengenakan pakaian merupakan penghalang bagi peningkatan
prestasi kerja. Dengan cara ini omzet perusahaan akan meningkat karena para
karyawannya sangat bergairah ketikabekerja. Untuk itu dia membuat peraturan, seminggu
sekali setiap hari Jum’at para karyawannya baik laki-laki maupun perempuan
diharuskan untuk tidak menempelkan sehelai benang pun pada tubuh mereka ketika
bekerja di kantor. Lebih lanjut dia menambahkan, “Awalnya terasa aneh dan
janggal, tapi setelah itu saya menjadi terbiasa. Saya berjalan telanjang menuju
meja kerja saya, dan itu kini tidak masalah lagi. Saya merasa benar-benar
nyaman.”
Peristiwa “Jumat Telanjang” tersebut
dianggapnya sebagai sebuah kesuksesan yang besar dan
berdampak positif bagi perusahaannya.
Itulah budaya, gaya hidup, dan cara berpikir
orang Barat non Muslim yang materialis, permisif and hedonis. Demi
mendapatkan dunia berupa materi, mereka rela berperilaku seperti hewan. Bahkan
berperilaku lebih sesat dari hewan.
Budaya,
gaya hidup dan cara berpikir Muslim dan Muslimah tentu
sangat berbeda dengan mereka. Oki Setiana Dewi, artis layar lebar yang
sukses memerankan tokoh Anna Althafunnisa dalam film “Ketika Cinta Bertasbih”
pada suatu kesempatan mengatakan, “Semua bagian tubuh berharga itu telah
dikategorikan dengan sebutan aurat, baik laki-laki dan perempuan. Bagian tubuh
perempuan yang termasuk aurat harus ditutupi lebih banyak dibandingkan dengan
laki-laki. “Kenapa perempuan harus lebih banyak menutupi bagian tubuhnya? Sebab
perempuan memang dipenuhi dengan bagian tubuh yang berharga dan harus dijaga
dengan jilbab atau busana yang menutupnya,” ujarnya.
Fenomena berbusana Muslimah, berjilbab atau sekadar berkerudung di
kalangan artis, model dan selebritis sedikit banyak telah ikut menyumbang
sosialasasi budaya Islam di tengah masyarakat sehingga semakin banyak
wanita Muslimah Indonesia yang berbusana Muslimah, berjilbab, atau
sekadar berkerudung.
Dengan semakin marak dan memasyarakatnya
budaya Islam ini di tengah masyarakat kita patut menghaturkan rasa syukur
kepada Allah swt. Selain rasa syukur, pada saat yang sama, rasa sesal juga
wajar muncul di hati. Rasa sesal ini muncul karena masih banyak saudari-saudari
seiman kita yang belum, tidak mau, tidak bisa, atau salah paham dalam memahami
definisi jilbab yang sesungguhnya, sehingga tidak
sedikit dari mereka yang masih belum memenuhi seluruh syarat dan ketentuan
berbusana sebagaimana yang telah diatur oleh Sang Pembuat syari’at.
Mengapa ada sebagian Muslimah yang belum memenuhi seluruh syarat dan ketentuan berbusana Muslimah? Karena ada sebagian Muslimah ketika beraktivitas di luar rumah atau
ketika berhadapan dengan non muhrimnya ketika berada di rumah mengenakan
pakaian tapi masih ada bagian aurat lainnya yang terbuka seperti rambut.
Mengenakan pakaian ketat, pendek, berbahan tipis, dan atau berbahan transparan.
Karena ada sebagianMuslimah yang mengenakan jilbab ketat,
pendek,berbahan tipis, dan atau berbahan transparan. Muslimah seperti ini meskipun mengenakan
pakaian atau bahkan berjilbab menurut Rasulullah saw dikategorikan sebagai
telanjang.
“Dua golongan di antara penghuni neraka yang belum aku lihat keduanya: suatu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang mereka gunakan untuk memukul orang-orang; perempuan yang berpakaian, tetapi telanjang yang cenderung dan mencenderungkan orang lain, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Mereka ini tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium aroma surga. sesungguhnya aroma surga itu bisa tercium sejauh perjalanan demikian dan demikian.” (HR. Muslim)
“Dua golongan di antara penghuni neraka yang belum aku lihat keduanya: suatu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang mereka gunakan untuk memukul orang-orang; perempuan yang berpakaian, tetapi telanjang yang cenderung dan mencenderungkan orang lain, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Mereka ini tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium aroma surga. sesungguhnya aroma surga itu bisa tercium sejauh perjalanan demikian dan demikian.” (HR. Muslim)
Ibnul
Jauzi yang berpendapat bahwa berpakaian tapi telanjang ada tiga makna;
Pertama, wanita yang memakai pakaian tipis, sehingga nampak bagian dalam tubuhnya.
Kedua,wanita yang membuka sebagian aurat tubuhnya. Ketiga, wanita yang mendapatkan nikmat Allah namun tidak bersyukur kepada-Nya. Menurut Imam An-Nawawi, berpakaian tapi telanjang mengandung beberapa arti. Pertama, berpakaian atau dibungkus nikmat Allah swt tetapi telanjang dari bersyukur kepada-Nya. Kedua, terbungkus pakaian tetapi telanjang dari perbuatan baik dan perhatian terhadap akhirat serta tidak berbuat taat. Ketiga, mengenakan pakaian tetapi tampak sebagian auratnya; Keempat, berpakaian tipis yang masih memperlihatkan warna kulit dan lekuk tubuhnya.
Pertama, wanita yang memakai pakaian tipis, sehingga nampak bagian dalam tubuhnya.
Kedua,wanita yang membuka sebagian aurat tubuhnya. Ketiga, wanita yang mendapatkan nikmat Allah namun tidak bersyukur kepada-Nya. Menurut Imam An-Nawawi, berpakaian tapi telanjang mengandung beberapa arti. Pertama, berpakaian atau dibungkus nikmat Allah swt tetapi telanjang dari bersyukur kepada-Nya. Kedua, terbungkus pakaian tetapi telanjang dari perbuatan baik dan perhatian terhadap akhirat serta tidak berbuat taat. Ketiga, mengenakan pakaian tetapi tampak sebagian auratnya; Keempat, berpakaian tipis yang masih memperlihatkan warna kulit dan lekuk tubuhnya.
Allah swt memberitahukan kepada kita tujuan
diturunkan pakaian kepada kita adalah untuk menutup aurat. Jika berpakaian tapi
jika ada sebagian aurat yang masih terbuka, lekuk tubuh jelas terlihat karena
mengenakan pakaian ketat, atau anggota tubuh yang wajib ditutupi dan warna
kulit nampak karena mengenakan pakaian tipis dan transparan berarti kita
menyalahi aturan Allah swt dan tujuan Allah swt menurunkan pakaian, yang sama
artinya kita berani menentang Allah swt.
يَا
بَنِي آدَمَ قَدْ أَنزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاساً يُوَارِي سَوْءَاتِكُمْ وَرِيشاً
وَلِبَاسُ التَّقْوَىَ ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian
untuk menutup ‘auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa
itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda
kekuasaan Allah, mudah-mudahan
mereka selalu ingat.”(QS.Al-A’raaf[7]:26)
Wahai saudariku! janganlah kalian mau ditipu
oleh setan yang menyuruhmu untuk berpakaian tapi sesungguhnya telanjang! Jika
engkau tidak mau dan tidak dapat ditipu oleh setan
berarti engkau
tidak menjadikan setan sebagai pemimpinmu. Wahai saudariku, kenapa engkau berpakaian tapi
telanjang? Apa niat dan tujuanmu? Apakah karena ingin tampil trendy? Apakah
karena ingin memamerkan anggota tubuh dan keindahan tubuhmu? Apakah ingin
merasa modern dan tidak ingin dicap kolot dan ketinggalan jaman? Apakah karena
takut tidak bisa mendapatkan dunia berupa
pekerjaan atau materi?
Wahai saudariku, ketika engkau
mendirikan shalat menghadap Allah swt tentu engkau
berpakaian lebar dan panjang. Engkau tentu tidak berani berpakaian ketat dan
pendek. Engkau tentu tidak berani menampakkan sebagian atau seluruh bagian
auratmu, atau menampakkan bentuk lekuk-lekuk tubuhmu. Demikian juga halnya di
dalam kehidupan sehari-hari di luar (selain) shalat, tentu engkau pasti tidak berani menentang
Allah dan Rasul-Nya. Engkau tahu dan paham, ajaran Islam termasuk cara
berbusana tidak hanya diamalkan ketika shalat saja,
tapiharus diamalkan dalam setiap aktivitas kehidupan.
Wahai saudariku, jika engkau tercatat sebagai
pelajar/mahasiswi sebuah lembaga pendidikan atau sebagai pegawai sebuah perusahaan
tentu engkau mematuhi peraturan berbusana yang ada. Engkau pasti tidak berani
menentang peraturan yang ada. Demikian juga halnya sebagai Muslimah,
engkau tentu bersedia mematuhi peraturan yang ditetapkan agamamu. Jika ada pertentangan antara peraturan di mana
engkau belajar atau bekerja dengan peraturan agamamu, tentu engkau lebih
memilih agamamu. JIka kebijakan pemimpin di tempat belajar atau bekerjamu
bertentangan dengan aturan Tuhanmu, tentu engkau lebih takut kepada Tuhanmu dan
lebih memilih aturan Tuhanmu. Engkau tahu dan sadar pemimpinmu bukanlah
Tuhanmu, tidak mampu menyelamatkan dirimu dari azab di dunia dan di kampung
akhirat. Engkau tahu dan sadar engkau tidak ingin ikut masuk neraka jika
pemimpinmu masuk neraka. Jangan sampai kelak di akhirat engkau mengatakan
kepada Allah swt. perkataan sebagaimana termaktub dalam ayat berikut ini:
وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا
وَكُبَرَاءنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا
“Dan mereka berkata: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah
menaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka
menyesatkan kami dari jalan (yang benar).” (QS. Al-Ahazab [33]:67)
Wahai saudariku, Allah swt lah yang memberimu
pakaian. Maka bersyukurlah kepada-Nya. Bersyukur dengan cara mematuhi segala
perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya
termasuk dalam hal berbusana.“Wahai hamba-Ku, kamu semua asalnya
telanjang, kecuali yang telah Aku beri pakaian, maka hendaklah kamu minta
pakaian kepada-Ku, pasti Aku memberinya.” (HR. Muslim). Wahai saudariku! Takutlah peringatan nabimu.
Beliau saw. memperingatkan wanita-wanita berpakaian tapi telanjang tidak akan
bisa mencium bau surga dari jarak jauh. Mencium baunya saja tidak, apalagi
masuk ke dalamnya. Na’udzubillah min dzalik! Wallahu a’lam bishshowab.
ACH FAWAIDI, Salah satu santri pondok pesantren Darul Ihsan, yang bertempat tinggal
di pakamban daya, pragaan, sumenep, sekaligus, siswa kelas X MA Darul Ihsan.
Jumat, 22 Maret 2013
Sabtu, 09 Februari 2013
MEMULAI PERLINDUNGAN ANAK DARI KELUARGA
MEMULAI
PERLINDUNGAN ANAK DARI KELUARGA
Menurut Human
Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dirilis
November 2011 oleh UNDP-PBB menempatkan Indonesia pada urutan ke 124 dari 187
negara yang disurvei. Indonesia masuk dalam kategori negara dengan medium human
development. Sedangkan Phillipina ada di urutan ke 112 dan Thailand di tangga
103. Dan kita sedih karena berada jauh dari negeri jiran Malaysia berada di
urutan ke 61 termasuk katagori negara dengan high human development. Sedangkan
Singapore masuk dalam katagori very high human development dengan urutan ke 26.
Tersentak
rasanya kita melihat kenyataan seperti itu, ada paradoks dengan ungkapan
Indonesia adalah jamrud khatulistiwa, tanah yang subur, melimpah kekayaan
alamnya dan seabreg julukan yang telah menina-bobokan masyarakat tanpa diiringi
kerja keras. Negara harusnya mampu mengelola potensi sumberdaya yang ada di
Indonesia secara bijak untuk kesejahteraan rakyat. Sebelum adanya moratorium
atau paling tidak pengurangan pengiriman TKI ke luar negeri, Indonesia menjadi
salah satu negara pengekspor TKI "pembantu" terbanyak ke luar negeri.
Ini tentu mengusik harga diri sebagai bangsa. Apalagi tidak sedikit dari TKW
kita menjadi korban tindak kekerasan yang tidak sedikit berujung dengan
kematian.
Apa
yang sedang dialami ibu pertiwi, sedemikian beratnya ujian yang dihadapi oleh
masyarakat. Nampaknya ada penurunan derajat kualitas keluarga dalam masyakat
kita. Begitu berat beban yang harus ditanggung keluarga ketika aksesibilitas
terhadap hasil pembangunan masih belum merata. Kita mungkin mengetahui masih
banyak bayi dan anak kekurangan gizi. Khusunya di daerah-daerah yang masih
terbelakang. Demikian juga kekerasan dalam rumah tangga terutama terhadap
perempuan dan anak makin meningkat. Lantas, apa yang terjadi dengan keluarga
Indonesia?
Memang,
beban hidup keluarga semakin berat. Muara dari ketidakberdayaan keluarga dan
masyarakat Indonesia adalah kemiskinan. Hasil Pendataan Keluarga tahun 2003
menunjukkan bahwa dari sekitar 51 juta keluarga, 31 persen di antaranya masuk
kategori keluarga pra-sejahtera dan keluarga sejahtera-1. Ini berarti 15,7 juta
keluarga di Indonesia masih hidup dalam kondisi memprihatinkan. Bandingkan
dengan keluarga sejahtera III-Plus yang hanya berjumlah 3,49 persen saja.
Indikator rendahnya kualitas keluarga dapat dicermati pula berdasarkan data
UNICEF yang dirilis beberapa tahun lalu, 49 persen kepala keluarga dari 51 juta
keluarga yang ada, hanya tamat SD dan SLTP. Sementara untuk kelompok perempuan,
sebesar 72,7 persen adalah berpendidikan SLTP ke bawah: tamat SD 31,7 persen,
tak tamat SD 28,3 persen dan SLTP 11,7 persen. Kontribusi lainnya adalah
perkawinan di bawah usia 20 tahun yang masih sering terjadi, yakni sekitar 14
persen.
Bila
ditinjau berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 21 Tahun 1994 mengenai
penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera, telah dirumuskan delapan fungsi
keluarga sebagai jembatan menuju terbentuknya sumberdaya pembangunan yang
handal dengan ketahanan keluarga yang kuat dan mandiri, yaitu: Pertama, Fungsi
Keagamaan, dalam keluarga dan anggotanya fungsi ini perlu didorong dan
dikembangkan agar kehidupan keluarga sebagai wahana persemaian nilai-nilai
luhur budaya bangsa untuk menjadi insan agamis yang penuh iman dan takwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Kedua, Fungsi Sosial Budaya, fungsi ini memberikan
kesempatan kepada keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengembangkan kekayaan
budaya bangsa yang beraneka ragam dalam satu kesatuan, sehingga dalam hal ini
diharapkan ayah dan ibu untuk dapat mengajarkan dan meneruskan tradisi,
kebudayaan dan sistem nilai moral kepada anaknya. Ketiga, Fungsi Cinta Kasih,
berguna untuk memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan anak dengan
anak, suami dengan istri, orang tua dengan anaknya serta hubungan kekerabatan
antar generasi, sehingga keluarga menjadi wadah utama bersemainya kehidupan
yang penuh cinta kasih lahir dan batin. Keempat, Fungsi Melindungi, yaitu
menambahkan rasa aman dan kehangatan pada setiap anggota keluarga. Kelima,
Fungsi Reproduksi, merupakan mekanisme untuk melanjutkan keturunan yang
direncanakan dapat menunjang terciptanya kesejahteraan manusia di dunia yang
penuh iman dan takwa. Keenam, Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan, yaitu
memberikan peran kepada keluarga untuk mendidik keturunan agar bisa melakukan
penyesuaian dengan alam kehidupannya di masa yang akan datang. Ketujuh, Fungsi
Ekonomi, sebagai unsur pendukung kemandirian dan ketahanan keluarga. Kedelapan,
Fungsi Pembinaan Lingkungan, memberikan kepada setiap keluarga kemampuan
menempatkan diri secara serasi, selaras, seimbang sesuai dengan daya dukung
alam dan lingkungan yang berubah secara dinamis.
Keluarga
bertanggung jawab dalam menjaga dan menumbuh kembangkan anggota-anggotanya.
Pemenuhan kebutuhan para anggota sangat penting, agar mereka dapat
mempertahankan kehidupannya, yang berupa 1) pemenuhan kebutuhan pangan,
sandang, papan dan kesehatan untuk pengembangan fisik dan sosial, 2) kebutuhan
akan pendidikan formal, informal dan nonformal dalam rangka mengembangakan
intelektual, sosial, mental, emosional dan spritual. Apabila kebutuhan dasar
anggota keluarga dapat dipenuhi, maka kesempatan untuk berkembang lebih luas
lagi dapat diwujudkan, yang akan memberikan kesempatan individu maupun keluarga
mampu merealisasikan diri lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan
mereka, misal aspek budaya, intelektual dan aspek sosial. Adapun kebutuhan
manusia tersebut terbagi ke dalam 1) kebutuhan makan, minum dan seks, 2)
kebutuhan akan rasa aman, 3) kebutuhan kasih sayang, 4) kebutuhan akan
penghargaan dan 5) kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan potensi diri sendiri
dan aktualisasi diri.
Keluarga
dalam hubungannya dengan anak diidentikan sebagai tempat atau lembaga
pengasuhan yang paling dapat memberi kasih sayang, kegiatan menyusui, efektif
dan ekonomis. Di dalam keluargalah kali pertama anak-anak mendapat pengalaman
dini langsung yang akan digunakan sebagai bekal hidupnya dikemudian hari
melalui latihan fisik, sosial, mental, emosional dan spritual. Karena anak
ketika baru lahir tidak memiliki tata cara dan kebiasaan (budaya) yang begitu
saja terjadi sendiri secara turun temurun dari satu generasi ke generasi lain,
oleh karena itu harus dikondisikan ke dalam suatu hubungan kebergantungan
antara anak dengan agen lain (orang tua dan anggota keluarga lain) dan
lingkungan yang mendukungnya baik dalam keluarga atau lingkungan yang lebih
luas (masyarakat), selain faktor genetik berperan pula. Bahkan “principle of
legitimacy” adalah merupakan tugas dasar keluarga, struktur sosial (masyarakat)
harus diinternalisasikan sejak individu dilahirkan agar seorang anak mengetahui
dan memahami posisi dan kedudukannya, dengan harapan agar mampu menyesuaikannya
dalam masyarakat kelak setelah ia dewasa. Dengan kata lain, keluarga merupakan
sumber agen terpenting yang berfungsi meneruskan budaya melalui proses
sosialisasi antara individu dengan lingkungan.
Ke
depan dalam dunia yang mengglobal, tugas keluarga semakin berat dan kompleks.
Kematangan anak-anak, sebagai generasi penerus bangsa yang dimulai dari
keluarga harus benar-benar dipersiapkan. Globalisasi dengan ciri penemuan dan
pemanfaatan teknologi canggih dengan cepat dan relatif terjangkau oleh banyak
kalangan dalam masyarakat, menjadikan bermacam kultur dan dinamika kehidupan
dari belahan bumi yang lain dapat diakses dengan cepat dan mudah. Keluarga
Indonesia harus ada kesanggupan dan keberanian untuk memilih dan memilah
entitas yang bermanfaat dan sesuai dengan citra budaya bangsa bercirikan
relijiusitas. Peran pemerintah akan lebih dominan dan penting bagi keluarga
yang secara sosial dan ekonomi tidak berdaya. Pemerintah juga harus tegas,
tetap aspiratif dan demokratis dalam membuat regulasi untuk membatasi dampak
negatif arus globalisasi. Keluarga Indonesia harus berani mengatakan: No free
sex, no drugs!
Langganan:
Postingan (Atom)